Jumat, 15 November 2019

Catatan Penting Yamaha YZF R15 VVA Part 1

Terakhir menulis artikel ternyata bulan 7 kemarin. Sudah lama juga yah? sebenarnya banyak sekali ide untuk menulis, cuman ya rasa malas nulis mengalahkan segalanya. Kadang berpikir enak kali ya bikin Vlog, tapi setelah berpikir lebih dalam rasanya suara dan ilmu berbicara di kamera rasanya kurang mumpuni, jadinya enggan bikin vlog. Semoga ada teknologi yang bisa ngetik tanpa menggerakkan tangan, jadi cuman berpikir kata-kata saja sudah menghasilkan tulisan.hahaha maka dunia akan menjadi malas mengetik.

Ok basa basinya segitu saja. Kali ini saya akan menulis tentang catatan penting dari sepeda motor tersayang (ya jelas, karena lagi jomblo.hahaha). Catatan penting ini berisi hal-hal yang penting (ya kale gak penting dicatat dan dibuat materi blog.haha) yang berkaitan perbaikan atau pun penggantian spare part. Sekali lagi yang penting-penting saja, agar pembaca yang punya kendaraan serupa bisa mendapat informasi yang penting. Catatan ini saya rasa sangat berguna bagi saya sendiri, agar kedepannya ingat kenapa saya ganti part ini, kenapa gak pakai part itu, atau dulu history-nya diapain kok bisa begitu. Langsung saja ke catatan penting yang pertama:


1. Busi Standard R15 ternyata NGK MR8E9
Kenapa busi begitu penting? ternyata efeknya sangat berbeda. Jadi, history-nya R15 VVA ku keluar dari dealer menggunakan busi pabrikan NGK MR8E9. Setelah 8000KM saya ganti busi dengan milik Vixion (kalau gak salah kodenya CR8 bla bla. Lupa seterusnya.hahaha). Memang secara performa memang terasa berbeda, cuman waktu itu bersamaan dengan ganti oli. Ya kirain karena olinya memang berpengaruh besar. Performa terasa beda itu seperti powernya turun. Dan konsumsi BBMnya turun. Dulu bisa 59-57 Km/liter. Dan setelah ganti jadi rata-rata 55-53 Km/liter. Masih masuk akal lah, apalagi sudah menginjak KM 10.000an jadi aku pikir kondisi injektor, dan fuel pump sudah numpuk kotoran. Saat KM menyentuh 16.500 barulah service injeksi seperti pembersihan fuel pump, cleaning injektor dan juga stel klep. Efek dari service tadi ternyata membuat konsumsi bbm dan performanya makin turun. Waduh kok aneh ya? padahal kan harusnya pembakaran makin lancar, filter fuel pump sudah bersih, kerak-kerak injektor juga sudah bersih, klep juga distel, memang sih throttle body belum dibersihkan, tapi harusnya sudah OK. Ternyata hasil tanya ke mekanik yang menangani stel klep bahwa klep disetting sangat rapat (nanti pembahasan berikutnya). Jadinya performa jadi turun+konsumsi bbm juga turun drastis, menjadi 49 Km/liter. Lalu minggu depannya coba ganti busi standard bawaan R15 VVA yang ternyata juga menjadi busi standard Satria FI dan CBR 250RR, dengan tipe NGK MR8E9. Hasilnya sih performa memang agak naik, tapi gak seperti saat keluar dealer (maklum  efek stel klep terlalu rapat). Setidaknya konsumsi BBM bisa naik jadi 52 Km/liter. Benar-benar beda busi beda hasil pembakaran. Kapok ganti part yang memang bukan part standardnya.

2. Stel klep R15 VVA harus sesuai
Lanjutan pembahasan di atas tadi. Ternyata klep yang sudah distel terlalu rapat. Bilangnya mekanik sih IN 6 dan EX 8 (mungkin maksudnya IN 0.6 dan EX 0.8 ya?). Padahal klep standard R15 VVA harus di stel IN 0.1 - 0.14 dan EX 0.21-0.25 mm (sumber Yamaha Jatim via WA dan Youtube : (LINK) . Jauh banget kan? memang efeknya suara mesin halus dan tidak berisik. Tapi ya bagi saya suara mesin SOHC 4 Klep + VVA sudah pasti berisik jika dibandingkan mesin SOHC 2 klep. Cuman ya gitu performanya berkurang drastis. RPM Idle juga turun, biasanya saat awal mesin hidup (pagi hari) 1600 RPM. Sekarang sih memang 1600RPM, cuman 1 menit berikutnya pasti akan turun jadi 1400-1500 RPM (2bar tambah 1 bar kedip-kedip). Belum lagi kalau sudah 2 menit, jadi 1200-1300 (1 bar tambah 1 bar kedip-kedip). Normalnya ya 1400 RPM idle mesin sudah panas. Belum lagi RPM mesin kadang mati sendiri, misal saat berkendara kecepatan 40 km/h lalu ingin menepi. Otomatis kopling ditarik penuh dan motor menepi. Harusnya kan mesin tidak mati begitu saja dan RPM terjaga di RPM idle (1200-1400 RPM). Lah ini langsung mati, terutama saat mesin selesai dipanasi (2-3 menit). Sebelumnya juga enak-enak aja mesin dipanasin 2-3 menit. Kata mekanik sih harusnya mesin lebih lama dipanasin. Ya kan jadinya mesin boros bensin, udah konsumsi BBM boros, manasin mesin harus lama, kan tambah boros. Belum lagi ketika jalanan agak naik lalu ada polisi tidur 3 lapis, pastinya kopling ditarik maximal, sudah otomatis mesin mati kalau handle gas tidak ditahan di RPM agak tinggi.

3. Penggantian Tensioner 2PV
Penggantian tensioner disini memang bukan rekomendasi resmi dari Yamaha. Berawal dari banyaknya kasus masalah di area rantai keteng (cam chain) mudah kendor, tensioner lemah sehingga mesin berisik, noken as aus hingga klep nabrak pada R15 VVA ini (baca-baca di forum). Sehingga saya berkesimpulan sendiri bahwa tensioner R15 VVA ini kayaknya mudah lemah. Searching-searching info soal tensioner, ternyata kasus serupa terjadi pada NMAX generasi pertama. Dimana NMAX generasi pertama menggunakan tensioner 2ND-E2210-00 . Sementara NMAX generasi berikutnya menggunakan tensioner 2PV-E2210-00 yang ternyata sama dengan milik Aerox 155. Apa hubungannya dengan R15 VVA? ternyata R15 VVA menggunakan Tensioner dengan part 2ND-E2210-10 . Hampir sama dengan NMAX cuman beda 2 digit yang belakang. Aku pikir mungkin ada pembaharuan soal tensioner ini, sehingga secara performa beda dengan milik NMAX generasi pertama. Lalu iseng lihat milik MT15 ternyata sudah pakai tensioner milik AEROX155. Lah berarti Yamaha diam-diam update perubahan part pada mesin SOHC 4klep VVA kopling manual dong? kalau tensioner tersebut tidak ada masalah kan tetap menggunakan kode part yang sama, tapi nyatanya berbeda. Coba cek MXking generasi pertama yang katanya punya masalah di tensioner juga. Kode partnya memang sama dengan milik NMAX generasi pertama. Lalu cek MX king generasi kedua dengan lampu utama LED, hasilnya memang menggunakan tensioner dengan kode 2PV yang sama milik Aerox155. Maka dari hasil penelitian itulah (lebay.hahaha) maka saya berkesimpulan harusnya memang R15 VVA ini menggunakan tensioner yang sama dengan milik Aerox155

Contoh Tensioner 2PV

Karena lebih berkualitas. Ya sudah ganti deh tensionernya. Efeknya ya biasa saja sih, dan coba cek tensioner lama R15 VVA ternyata tidak ada tanda-tanda oblak atau lemah. Ya setidaknya menyelamatkan mesin dari kemungkin terburuk.


4. Service Injeksi harus tuntas
Ini pertama kali saya service injeksi. Dan sebelumnya juga sudah tanya-tanya ke bengkel Yamaha Pacitan, apakah bisa service injeksi? ternyata di jawab bisa. Cuman saya sangat ragu, karena disana tidak terlihat alat untuk membersihkan injektor atau bahkan semacam metode infus. Ya kirain sih alatnya ditaruh dibelakang, jadi gak dipajang di bengkelnya. Langsung eksekusi service injeksi dengan bilang ke bagian admin untuk pembersihan injektor, throttle body dan pembersihan filter fuel pump. Tahap pembersihan filter fuel pump sih masih masuk akal, karena filter fuel pump dilepas lalu disemprot hingga kotorannya hilang (saya lihat sendiri). Lalu tahap ke injektor dan throttle body, saya terkejut bahwa untuk injektor cuman disemprot cairan khusus (injektor cleaner kayaknya) di bagian input atau inletnya. Dan katanya throttle body juga disemprot dengan injektor cleaner tadi(disemprot apanya coba? Throttle Body juga tidak dilepas),kemudian selang dari fuel pump ke arah injektor dipasang. Lah, gimana bisa rontok kotoran di lubangnya kalau gitu caranya. Apalagi throttle body tidak dibongkar. Kata mekanik sih throttle body cukup digitukan saja. Padahal di throttle body harus dibersihkan dari debu dan pembersihan sensor tekanan udaranya. Kalau gini ceritanya service injeksinya kurang sempurna. Minimal service injektor pakai alat dibawah ini:

Injektor dilepas, lalu dinyalakan dimesin ini+pakai cairan khusus

atau ya model infus seperti ini:

Injektor tetap di mesin


Lebih sempurna lagi metode backwash, benar-benar bersih sempurna kalau ini, seperti pada tutorial disini: 

Tapi jarang banget yang melakukan metode ini, karena ribet.

5. Masalah di Cam shift Gear
Gejalah dari masalah ini adalah tuas gear ketika turun gear tidak kembali 100% ke posisi semula, harus dicongkel sedikit biar kembali. Bahkan pada kondisi yang sudah parah ketika posisi gear ke 3 lalu congkel tuas gear untuk naik gear, eehh gear tidak mau naik. Bahkan turun gear pun juga tidak bisa. Ngeri lah pokoknya, apalagi jalanan yang saya lalui perbukitan, yang pastinya butuh gear 2 dan 3. Masalah ini muncul ketika 16ribuan KM (kurang lebih segitu). Sebenarnya tidak pernah ada gejala ringan yang muncul. Kebetulan saya ke bengkel Yamaha Pacitan untuk ganti busi+service injektor (yang ternyata saat stel klep kemarin sudah dilakukan, tapi cuman semprot-semprot saja). Perjalanan 1 jam sih oke-oke saja, dan seperti biasa sesekali nyoba VVA. Begitu masuk bengkel service dan selesai, maka tibalah waktu dicoba mekanik. Setelah selesai dicoba, bayar service dan motor saya bawa untuk isi bensin. Disitulah muncul gejala pertama kali yaitu tuas gear ketika turun gear tidak kembali semula. Ya aku pikir gak masalah lah, cuman ya sangat disayangkan sekali, masak motor "mahal" penyakitnya gini.hadehhhh. Besoknya pun sama, cuman kadang muncul kadang normal. Aku pikir apa jangan-jangan olinya palsu? masak bengkel Yamaha sendiri jual oli Yamalube Super Sport palsu? memang sih sudah jalan 1200KM, tapi ya harusnya bisa tahan 2000KM. 

Barulah pada hari ke 5 muncul gejala yang berat, dimana naik Gear mulai tidak bisa (kadang berhasil kadang tidak berhasil). Waktu itu saya pikir gak masalah lah, toh masih bisa turun gear. Lalu begitu menemui jalanan agak nanjak yang butuh gear 3(posisi gear 4), saya coba turun gear. Alangkah kagetnya gear tidak mau turun, padahal tuas sudah diinjak dengan keras(plus kopling tentunya.)Coba naik gear bisa, oke mungkin turun gear sekarang bisa. Diinjak lagi gear tetap tidak mau turun, sementara jalan menanjak sudah didepan mata (RPM sudah turun ke 4000RPM), wes alamat berhenti dulu coba diturunkan hingga gear 1. Ternyata gak berhasil. Busyet, rasanya panik juga. Belum lagi teman-teman mulai datang menghampiri,rasa malunya itu lho yang males, masak motor "mahal" baru beberapa tahun bermasalah. Untungnya setelah sekian percobaan bisa turun gear 2, tapi gak bisa masuk gear 1. Ya sudah nekat jalan dengan gear 2 keadaan nanjak dari kecepatan 0. 

Besok paginya langsung saya bawa ke bengkel Yamaha Pacitan. Untungnya bisa masuk gear 3. Wes, langsung gak berani masuk gear 4. Jadi perjalanan selama 1 jam pakai gear 3, dengan kecepatan maximal 54 km/h (RPM 6000, males aktifkan VVA). Sampai di Bengkel coba bongkar cover crankcase (bak kopling kanan), dan untungnya mekaniknya langsung nebak di sistem Camshift Gear nya bermasalah. Dan mencoba menggoyangkan part yang berbentuk bintang (seperti gambar), ternyata agak oblak. Dugaan sementara sih baut porosnya longgar. Ya wes dibuka baut porosnya, dan ganti baru tapi dengan mata (+) karena sebelumnya baut "L". 

Ilustrasi, lingkarang merah baut "L" yang longgar

Setelah seret lalu ditambah menggunakan obeng getok. Coba simulasi perpindahan gear ternyata lancar, baru deh dikembalikan semula+isi dengan Yamalube Supersport yang baru. Test ride oleh mekanik, sudah ok ya wes bayar ke kasir cuman bayar 50ribu untuk jasanya(oli mah tetap bayar 73ribu). Kata mekanik sih kemungkinan saat pasang di pabrik menggunakan mesin air impact wrench yang tekanan anginnya kurang atau bisa juga torsinya kurang besar. Ya semoga tidak terjadi untuk kendaraan lainnya.

Oke itu catatan penting yang bisa saya tulis mengenai perbaikan dari motor R15 VVA saya, semoga tulisan ini tidak berlanjut ke part 2. Kenapa gitu? ya kalau gak lanjutkan berarti motor keadaan normal-normal saja.hahaha Males euy kalau motor bermasalah, sudah rugi waktu, rugi perasaan (malunya itu lho yang gak nguatin, ya kalau motornya sudah lama muncul penyakit gak masalah), rugi uang. Mohon maaf apabila ada salah kata dan disini saya tidak bermaksud menjelekkan produk Yamaha, cuman saya menceritakan apa yang saya alami selama ini, semoga kedepannya tidak ada masalah yang serius.

Jumat, 12 Juli 2019

Review Beberapa Brand Oli

Halo semua, kembali dengan saya untuk pembahasan tentang otomotif khususnya sepeda motor. Kali ini saya akan memberi review singkat tentang oli yang selama ini saya pernah coba. Maklum motor baru jadi wajib coba-coba oli agar tahu mana yang sekiranya sesuai dengan kantong dan performa yang diinginkan. Itung-itung buat ngisi blog yang sepi ini.hahaha sebelum saya review oli, saya akan menjelaskan dulu keadaan sepeda motor saya dan lintasan yang dilalui. Biar nanti ketika membaca tidak bingung karena berbeda penilaian terhadap pengguna yang lain. Berikut penjelasannya:


- Nama Kendaraan: Yamaha YZF R15 VVA 2017, review Oli sejak 0-14.000KM . Penggantian Filter Oli rutin, BBM Pertamax terus. Penggantian oli per 2000 KM (kadang lebih kisaran 2100-2200 KM karena sekalian servis).
- Jalanan yang dilalui daerah perbukitan, naik turun area Kabupaten Pacitan. Lokasi kerja Desa Sudimoro Kabupaten PAcitan, dengan jarak 12 KM. Dan tidak pernah macet. Perjalanan dari Malang ke Pacitan (juga sebaliknya) hanya dilakukan 2x saja.
- Oli saya selalu isi 900 ml. Jika ganti filter oli baru 1 liter.  Sesuai buku petunjuk manual.
- Seringnya oli ganti sendiri, yaitu saat pagi hari. Karena oli sudah mengendap di dasar mesin semua, jadi tinggal drain saja.
- Rata-rata kecepatan 60-80 KM/H. Dan jarang menggunakan VVA. Sesekali 100 KM/h (VVA Aktif)

Oke, itu kondisi yang saya lalui, yang pasti motor R15 ini saya gunakan untuk santai saja. Kisaran penggantian gear di RPM 5000-6000. Ya kecuali untuk menyalip bis, biasanya menggunakan VVA karena jalanannya agak menanjak.Kalau nanti ada yang bertanya untuk bermacet-macetan ya saya tidak menggambarkan performa olinya, karena rata-rata ya tanpa macet sehingga kipas radiator jarang sekali nyala (jalan 60-80 KM/h ya pasti hembusan anginnya cukup mendinginkan radiator). Langsung saja Review Oli, dimulai dari Yamalube SuperSport (SS):

Yamalube dan Shell AX7 botolnya ketinggalan dibengkel.hahaha


1. Yamalube Super Sport
Harga: Rp. 73.000
Volume yang di isi: 1 liter
Ini adalah oli pertama yang saya review, karena ini oli bawaan YZF R15 dari Dealer. Saat melakukan pembayaran saya lihat mekaniknya menuangkan oli ini ke mesin motor yang saya beli (akan dikirim ke rumah). Soal performa sih standard banget. Karena saya baru perkenalan dengan performa R15 VVA ya dengan oli ini. Saat itu saya gunakan untuk inreyen dengan perjalanan 100 KM sehari. Ya jalanan antar kota jadi jarang lampu merah dan macet. Mesin gak begitu halus, karena saya tahu karakter mesin SOHC LC4V khas Yamaha. Hingga 1000-1200 KM performa mulai menurun. Ya wajar sih dengan harga segitu. Untuk penyusutan oli ya gak bisa lihat juga, soalnya saat itu 500 KM sudah service pertama dan ganti oli.

2. Yamalube Sport
Harga: Gratis saat service gratis
Volume yang di isi: 900 ML
Karena jatuh tempo service gratis sudah datang, ya sudah motor saya di service meski belum mencapai 1000 KM. Aku kira akan dapat Yamalube Super Sport karena oli bawaan dealer saja memang super sport. Ehh ternyata dapat Yamalube sport, ya udah di review aja. Kesan pertama, "BERAT!" . Saat itu sih kebetulan saya ngisi BBM Pertalite , iseng nyoba reaksi mesin gimana. Ternyata bikin mesin tidak ada tenaga. Ya udah setelah indikator bensin tinggal 1 bar langsung isi full pertamax. Ternyata hasilnya sama saja. Alah paling masih ada sisa-sisa pertalite, jadi mesin rasanya berat. Isi full tank pertamax lagi setelah indikator tinggal 1 bar. Hasilnya? sama saja. Fix ini sih karena olinya. Disamping itu untuk keadaan berhenti lampu merah mudah sekali bikin kipas radiatornya nyala. Padahal Yamalube Super sport gak gitu banget. Ya saya sih maklum karena harganya lebih murah dari Yamalube Super Sport (entah berapa sih.haha tapi seingatku 40ribuan lah). Jadi kalau anda pakai motor R15 pakai oli ini untuk harian, saya sarankan untuk berpikir 2 kali sebelum beli. Untung saya pakai cuman 500KM, karena setelah itu sudah mencapai 1000 KM dan saatnya ganti filter oli pertama dan inreyen selesai. Setelah drain, saya juga lupa untuk ukur penyusutan olinya. Ya gak fair juga karena cuman dipakai 500an KM.

3. Shell Advance AX7
Harga: Rp. 49.000
Volume yang diisi: 1 Liter
Masa inreyen sudah selesai. ARtinyaa saat itu sudah 1000 KM. Ya lama juga sih mencapai 1000 KM, sekitar 2 bulanan. Soalnya Beli motor ini saat puasaan Bulan Mei. Karena merasa tertarik dengan performa oli dari Shell, akhirnya memilih AX7. Tebakanku sih rasanya akan sama dengan Yamalube Sport. Harganya kisaran 40ribuan. Oh iya, penggantian oli dibarengi dengan filter oli, jadi isi 1 liter. Setelah keluar bengkel resmi, kesan pertama kalau ini sama dengan Yamalube Sport ternyata salah. Ya setara dengan Yamalube Super Sport kalau soal performa, sama persis lah. Tapi ketika 2-3 KM keteum lampu merah langsung hawa panas mesin terasa dan kipas raditor menyala. Yahh ternyata soal peredaman suhu masih lebih baik Yamalube Super Sport. Ya lagi-lagi harus maklum karena harganya dibawah 50ribu. Dan inilah kelemahannya. Tapi performa akselarasi mesin terjaga hingga 1200 KM. Ya sama lah dengan Yamalube Super Sport. Oli ini juga saya gunakan saat perjalanan membawa motor R15 ke perantauan dari Malang ke Pacitan. Karena untuk touring ya rasanya oke aja. Tanpa macet, jarang lampu merah. Panas mesin gak begitu menyengat. Cocoklah bagi konsumen yang nyari oli murah dibawah 50ribu. Untuk penyusutan oli setelah drain, hasilnya volume oli berada pada 80% volume botol oli bekas ukuran 1 liter. Ya mungkin kisaran 750-780 ML lah.

4. Castrol Power 1
Harga: Rp. 46.000
Volume yang diisi: 900ML
Oke, dapat lagi oli murah kisaran dibawah 50ribu. Tebakanku sih sama lah dengan Shell Advance AX7. Karena saya cukup sering pakai di Yamaha Jupiter MX. Setelah ganti Oli sendiri dan coba test berkendara, kesan pertama adalah BIASA. Memang performa tidak berat seperti Yamalube Sport, tapi tidak sebagus Yamalube Super Sport. Untuk panas mesin sih karena saya sudah diperantauan yang notabene jalanannya tidak pernah macet ya saya nilai biasa saja sih, gak bikin mesin panas. Karena dibuat perjalanan kost ke kantor terus-terusan, ehh tiba-tiba sudah 1500 KM aja. Gak terasa aja, karena performanya terasa sama saja dari 0-1500 KM. Setelah itu baru terasa mesin agak kasar. Akhirnya muncul juga tanda-tanda oli minta ganti. TApi tetap penggantian di 2000 KM. Coba drain dan diukur penyusutan oli juga kisaran 80% botol oli volume 1 liter.

5. Shell Advance Ultra
Harga : Rp. 95.000
Volume yang diisi: 900 ML
Akhirnya saya beranikan coba oli dengan harga di atas 100 ribu. Setelah searching-searching harga oli yang di atas 100 ribu,   pilihannya antara Shell Advance Ultra, Motul 5100 dan Liquimoly Street. Iseng coba dari shell aja dulu, karena kalau motul kayaknya sudah pasti bagus. Oh ya, ternyata coba cari ditoko langganan ternyata harganya dibawah 100ribu(padahal di tokopedia kisaran 105-115,ada juga 120). Tapi ya gitu botolnya model lama dan kayaknya tersimpan digudang belakang (tidak dipasang pada display). Jadi ya oli ini kayaknya lama sekali digudang. Setelah diisi 900 ML dan coba berkendara, kesan pertama soal performanya adalah "SAMA DENGAN YAMALUBE SUPER SPORT". Saya juga kaget, masa iya oli harga 100 ribuan sama dengan oli 70ribuan?. Saya coba hingga 500 KM juga rasanya sama. Fix performanya sama dengan Yamalube Super Sport. Setelah menempuh 1500 KM baru sadar kalau bentar lagi sudah mulai ganti oli lagi. Tapi kkok rasanya performanya gak turun-turun. Tarikannya juga ya memang standard seperti Yamalube Super Sport, juga suara mesin gak begitu kasar. Barulah 1800 KM performa turun dan suara mesin mulai kasar. Oh jadi tahu deh kelemahannya dimana. Setelah drain 2000 KM dan diukur ya tetap volume penyusutan gak begitu banyak. Untuk ukuran oli 100ribuan sih kurang rekomended. Karena oli diharga segitu harusnya menawarkan performa yang lebih. Tapi ini malah ke durability yang performanya terjaga hingga 1500 KM. Yah tiap pabrikan oli pasti punya pandangan berbeda soal produk "yang bagus". Bisa juga oli yang saya pakai ini karena berada digudang terlalu lama (gak laku-laku) jadinya terasa turun "rasanya". Entah lah.....

6. Motul 5100
Harga: Rp. 129.000
Volume yang diisi: 1 Liter
Kurang Puas dengan oli Diatas 100ribu, kali ini saya coba oli Motul 5100 yang banyak review positif soal performa. Langsung cari toko langganan, ditebus dengan harga 129.000. Entah itu mahal atau murah, yang penting coba dulu. Oh iya, penggantian filter oli juga sudah tiba saatnya, jadi oli wajib isi 1 liter. Setelah diisi dan coba berkendara, hasilnya adalah puas. Kalau anda berharap oli ini membuat motor anda tarikannya jadi beringas dan meledak-ledak, maka anda salah besar. Tapi, oli ini bikin tarikan jadi enteng. Buka gas sedikit RPM sudah cepat nendang ke 6000 KM. Motor memang terasa tidak liar, lebih tepatnya tarikannya halus serta signifikan naik dengan mudah. AWalnya sih saya berpikir performanya bikin motor mudah wheelie atau bahkan tarikannya kayak dijambak kebelakang. Ternyata tidak, halus namun nyyyuutttt tiba-tiba sudah 6000 RPM. Mantap lah. Cuman ketika 1200-1500 mesin terasa kasar, tapi performanya gak turun signifikan. Baru 1700-1800 KM udah mulai turun, tapi gak sampai signifikan. 2000 KM sudah sampai, dan saatnya untuk drain. Hasilnya ya tetap 80% volume botol oli 1 liter.


7. Pertamina Fastron Techno Hijau
Harga: Rp. 73.000 (SPBU PERTAMINA)
Volume yang diisi: 900 ML
AWalnya tergiur juga dengan review mengenai oli "sesat" ini. Maklum sejatinya oli ini untuk mobil. Tapi karena setelah baca refrensi terpercaya di kaskus yang menjabarkan bahwa kandungan dari oli ini tidak bikin slip kopling motor manual dengan kopling tipe plat basah. Dan oli ini juga ada logo Lamborghini, entah maksudnya official sponsor atau kerjasama atau gimana yah.hahaha mungkin bisa dipakai di mobil Supercar Lamborghini. 

Pertamina?



Apa maksudnya coba pasang tulisan Pertamina?

Temukan logo Pertamina


OK langsung kita review setelah diisi ke mesin. Secara performa sih sama banget dengan Yamalube Super Sport. Secara akselarasi lho ya, tapi secara meredam suara mesin lebih bagus, dan juga mesin tidak mudah panas (menurutku). Performa oli terjaga hingga 2000 KM, bahkan oli ini saya pakai hingga 2200 KM karena sekalian service 3-4 bulanan. DAn hasilnya sih memang di KM segitu oli masih terasa enak, tapi ya mulai ada gejalan mesin kasar. Overall puas banget lah dengan oli ini. Saya sih bukan penyuka performa tinggi, karena saya berkendara diksaran 5000-6000 RPM saja.hahaha maklum irit bensin. Jadi kalau anda ingin nyari oli yang sangat durable, ini bisa jadi opsi. Untuk oli ini saya tidak ukur penyusutannya, karena tidak saya ganti sendiri.


Itu semua adalah merk oli yang pernah saya review. Dan tiap oli pasti ada plus dan minusnya, tinggal bagaimana keinginan kita dan kemampuan budget kita. Saya sih tidak bisa menyarankan mana oli yang harus anda pakai. Karena tiap orang punya karakter berbeda dalam berkendara. Jadi, ketika anda membaca ulasan ini, saya harap anda sudah bisa membayangkan. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk semuanya, kurang lebihnya saya mohon maaf.

Selasa, 04 Juni 2019

REVIEW 2 TAHUN YAMAHA YZF R15 VVA

Halo semuanya jumpa lagi dalam blog yang sepi ini.hahaha Ya lah, tulisannya saja gak jelas, gmana mau rame coba. Oke, sebelum itu saya ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin apabila selama saya menulis ada pihak yang merasa tersinggung, salah tulis saat bikin artikel akhirnya jadi bingung sendiri, atau pakai bahasa yang ribet, semoga kalian masih bisa mendapat ilmu dari tulisan saya ini. Kali ini saya akan membahas review YZF R15 VVA penggunaan 2 tahun ( Mei 2017) dengan Odometer 14.734 KM. Rencananya sih yang saya bahas adalah point penting-penting saja, karena saya dulu pernah membuat review juga tentang motor ini, tapi reviewnya tentang fitur dan kelebihan dari motor ini, nah sekarang saya tulis setelah penggunaan 2 tahun bagaimana kondisinya, apa saja yang sudah diganti, apa saja impresinya saat ini.

happy birthday ke 2


Oh ya, sebelum itu saya ingin jelaskan kondisi medan yang saya lalui setiap hari dengan R15 ini. Tujuannya agar pembaca tahu gambarannya, jadi gak asal disamakan dengan produk lain atau motor yang lainnya. Berikut kondisinya:
- Sering digunakan untuk perjalanan dari kost ke kantor yang terletak di Kabupaten Pacitan (saya asli Malang-Jawa Timur), dengan jarak tempuh rata-rata 12-15 KM. Tempat kerja saya di PLTU Pacitan 
- Kontur jalan yang saya lalui kadang halus, kadang keriting, kadang berlubang, intinya jalanan khas Kabupaten, juga karena berbukit-bukit maka jalur tanjakan turunan sudah pasti dilalui. Namun, kondisi lalu lintasnya tidak pernah macet sama sekali ya nyaman saja .
- Untuk bensin seringnya pakai Pertamax, tapi kalau kehabisan Pertamax ya pakai Pertalite
- Kecepatan rata-rata kisaran 40-80/90 Km/h. Kenapa gak lebih? ya saya masih sayang nyawa.haha
- Interval penggantian oli kisaran 2000 KM, pengisian 850-900 ml (tidak 1 liter)
Oke, langsung saja ke Reviewnya:


TAMPILAN

Oke saya mulai dari tampilan dulu. Mulai dari cat dari motor yang menurut saya masih mulus. Tapi ada beberapa bagian yang sudah pudar bahkan sedikit mengelupas. Seperti dibawah ini:

Plat nomernya panuan.haha

Racing blue, warna korporat Yamaha


Kena gesek gantungan kunci udah terkelupas

Terkelupas sedikit dan karat

Entah karena semua kualitasnya tipis atau karena ini batch pertama (launching April, inden April, Mei datang) tapi menurut saya cukup disayangkan. Kenapa gitu? bayangkan saja harga motor 36 juta OTR Malang, catnya baru 2 tahunan sudah agak pudar. Ya saya sih berpikir positif bahwa ini karena batch pertama yang menurut saya pengerjaannya terburu-buru. Semoga yang laiinnya tidak mengalami seperti saya. Apa karena dicuci steam? saya sangat jarang sekali cuci steam, karena bagi saya mencuci motor bagian merawat motor yang mana sekalian ngecek bagian-bagian motor yang sekiranya bermasalah. Untuk foto dibawah ini kayaknya salah saya sendiri.

gara-gara jarang dicuci


Menurut saya sih karena jarang mencuci motor saja.haha Saya mencuci motor 2 minggu 1x. Apalagi kalau hujan, meski hujannya deres banget ya kalau tidak 2 minggu pasti tidak saya cuci. Jadinya seperti di atas. Untuk masalah lainnya kayak speedometer mengembun saya tidak mengalami, mungkin karena saya jarang sekali cuci steam.

Tidak pernah ngembun


 Kalaupun saya cuci steam saya pesan ke yang nyuci agar tidak mencuci daerah speedometer dan radiator. Oh ya berikut foto kisi radiatornya tanpa cover pelindung. Sebenarnya pengen juga ngasih pelindung, tapi nyari yang polosan kayak punya Jupiter MXku susah sekali.

yang hitam-hitam entah kena cairan apa 

Efek jarang di cuci juga menjalar pada bagian cakram depan. Dimana cakram depan motor saya berkarat. Simak fotonya:


Kalau ini karena jarang dicuci dan lingkungan kerja dekat pantai+abu batubara

Cakram belakang aman

Secara fungsi juga masih ok, cuman masalah tampilan saja kayak jelek banget.hahaha ya mau gimana lagi, mau repaint kok bingung nyari tempatnya. Mau bawa ke Malang kok malas juga soalnya jauh banget, 6 jam perjalan.

Untuk Rantai berikut penampakannya:

basah karena chain lube

Kotor juga yah.hahaha tapi ya gak masalah sih, asal tidak terlalu banyak belepotan oli. Karena saya pakai chainlube merk Rexco 25 2 minggu 1x. Ini kondisi belum pernah dibersihkan sejak pertama beli lho. Juga belum pernah ganti rantai/ sprocket gear.



MESIN
Kalau anda berpikir bahwa beli motor di atas 30 juta dapat motor yang halus suara mesinnya, maka anda salah. Karena setiap motor memiliki karakter  berbeda, jadi kalau disamakan kayaknya gak sebandinglah. Saya dapat mengatakan kalau suara mesin R15 VVA ini KASAR. Apakah ini cacat produk atau kurang merawat? tidak, setelah saya pelajari lebih dalam dari review yang dulu memang untuk motor dengan spesifikasi R15 VVA pasti kasar. Bayangkan saja, SOHC dengan klep berjumlah 4 buah. Mesin Jupiter MX 135 ku saja tidak bisa sehalus Honda Supra X 125. Apalagi mesin R15 dengan tambahan sistem VVA. Susah untuk halus lah. Darimana sumber kasarnya? berikut penjelasannya (menurut saya lho):

Ini penampakan head dari mesin R15 lama (sama dengan Vixion)


hanya 2 roller rocker arm

Ini penampakan head dari mesin R15 VVA.

sumber:motoengine.com

Terlihat beda banget kan. Terutama bagian noken as dan Rocker arm. Kalau noken as Vixion seperti dibawah ini:

Noken as vixion

sedangkan R15 seperti ini:

Noken as R15 VVA

Part R15VVA, 2 roller rocker arm, 1 rocker arm biasa


Kalau bahas noken as memang gak terlalu ngefek ke suara mesinnya, cuman berangkat dari Noken asnya saja beda sehingga memang ada sistem pembakaran yang beda. Nah, noken as beda sehingga sistem rocker armnya beda. Terutama pada klep in. Dimana ada 2 rocker arm berbeda bentuk . Juga ada 2 mode, yaitu menggunakan low cam (noken as untuk irit/riding santai) dan high cam (noken as untuk ngebut). Ketika menggunakan mode low cam (low camshaft/noken as) yang bergerak ada 2, roller rocker arm dan rocker arm biasa. Keduanya bergerak dan bergesekan juga pada lobe (tonjolan) noken as. Tapi yang jadi tumpuan naik turunnya klep adalah roller rocker arm. Meski rocker arm biasa ikut bergerak dan bergesekan, tapi tidak terlalu berperan penting dan lobe noken as tidak menonjok rocker arm secara kuat. 

Ketika low cam aktif, roller rocker arm yang bekerja menekan klep

Lalu saat mode high cam atau saat VVA aktif, maka rocker arm biasa tadi ikut terkunci pergerakannya dengan roller rocker arm (yang low cam tadi). Sehingga ketika lobe noken as menonjok rocker arm biasa tadi maka bukaan klep in akan berbeda.Roller Rocker arm tadi ikut berputar dan bergesekan dengan lobe juga, tapi tidak terlalu pengaruh (gantian dengan mode low cam tadi). Nah apa hubungannya sistem tadi dengan suara kasar? jadi, suara kasar dihasilkan oleh 2 atau lebih benda yang bergesekan. Makin banyak benda yang bergesekan maka makin kasar suaranya (noise/berisik). Penjelasan di ataas menjelaskan bahwa mesin R15 VVA lebih banyak benda yang bergesekan ketimbang mesin R15 lama (atau sama dengan Vixion ). Terutama gesekan pada sistem klep in tadi. Biasanya lobe noken as hanya bergesekan dengan 2 roller rocker arm (roller rocker arm klep in dan klep ex), sekarang jadi 3 dengan tipe rocker arm berbeda. Sebenarnya paling signfikan berpengaruh ya karena menggunakan rocker arm biasa untuk mode high cam. Karena pada mesin matic VVA tidak menggunakan rocker arm biasa, melainkan menggunakan roller rocker arm. seperti gambar dibawah:

3 Roller rocker arm pada matic VVA

Pernah nyoba sih mesin tidak sekasar R15, tapi ya tetap gak sehalus mesin generasi lama.

Apa itu semua sebuah kecacatan? tidak, menurut saya itu hal yang lumrah. Alasan kenapa R15 VVA pakai rocker arm untuk high cam adalah uuntuk ngejar timing saat RPM di atas 10.000. Karena matic kan jarang bisa ngebut di atas RPM 9000 (mentok pun paling 10.000. Tanpa modif lho), jadi ketika VVA aktif menggunakan roller rocker arm pun timing pembakaran masih ok. Kalau untuk R15 VVA pakai roller rocker arm pada high cam, bisa-bisa lepas 10.000 RPM sudah pasti tenaga drop signifikan. Tapi dengan rocker arm biasa timing pembakaran bisa lebih baik sehingga digeber sampai 11.000-12.000 RPM masih bisa (itulah kenapa limit RPM R15 VVA bisa lebih tinggi). Efeknya ya gitu, mesin akan bergetar parah saat VVA aktif. Ya saya maklumilah. 

Sebagai perbandingan saja, mesin moge Jepang yang inline 2 silinder lebih halus dibandingkan dengan V Twin 2 silinder Ducati. Tapi apa yang beli Ducati mengeluh suara kasar? tidak, mereka paham struktur mesin Ducati v twin 2 silinder beda. Terutama bagian sistem klep desmodromic. Desmodromic memang bikin suara kasar, tapi efeknya power mesin lebih baik ketimbang sistem per klep biasa. Tapi bukan berarti yang kasar itu sudah pasti powernya lebih oke dan kencang lho.hahaha

Panjang juga penjelasannya.hahaha ya intinya itulah mesin R15. Kenceng bisa, pelan bisa, irit juga bisa, boros juga bisa. Oh ya satu hal lagi, mesin R15 ini juga mudah panas. Ya mungkin karena radiatornya tidak sebesar Suzuki GSX R150 ditambah lagi kompresi mesin paling tinggi dikelasnya, jadi kalau untuk jalan dibawah 60 km/h siap-siap merasakan hawa panas dari mesin. Untungnya saya tidak pernah macet dan selalu jalan di kisaran 60 km/h. Rantai dan sprocket gear juga belum ganti sejak awal, dan anehnya rantai R15 VVA ini menurut saya tidak mudah kendor. Karena dari awal sampai 10.000KM cuman 1 kali mundurin roda agar bisa kencang (seingatku di KM 10.000). Jupiter MXku dulu saja hampir 3-4 bulan pasti kendor dan harus mundurin roda. 



KONSUMSI BBM
Selama 2 tahun ini menurut saya konsumsi bbmnya termasuk irit lah. Seringnya 54-53 km/liter dari kost ke kantor. Jadi penggunaan 1 bulan cukup 100ribu Pertamax. Dulu digunakan perjalanan dari Malang-Pacitan (beli di Malang) dapat konsumsi BBM 60 km/liter berboncengan dengan ayah. Ya kecepatannya 60-80 km/h. Kalau dalam kota belum pernah test, karena dulu ketika inreyen mesin saya bawa ke arah jalur antar kota Malang-Pandaan. Berikut foto konsumsi bbmnya:

seringnya segini

pernah juga segini


SUSPENSI DAN HANDLING
R15 VVA ini memiliki suspensi USD dan Monoshock. Karakter suspensinya tergolong keras. Jadi, kalau beli motor mahal ini anda berharap akan dapat motor yang empuk suspensinya, anda salah besar.hahahaha Tapi karakter suspensi keras ini sangat membantu dalam hal tikung-menikung. Sangat stabil untuk cornering. Saya coba bandingkan dengan CBR150 milik teman yang sama tahunnya masih enak R15 VVA dalam hal menikung. Ya mungkin juga efek riding position juga sih, tapi memang CBR150 ketika menikung sedikit terasa lendutan suspensi belakangnya. Bikin gak pede, padahal ban yang dipakai Michelin (sedangkan saya IRC).  Oh ya tips dari saya, kalau ingin handling lebih mantap dan gak licin saat hujan, ganti ban standard(IRC) R15 VVA. Karena selama ini kalau hujan IRC cukup ngeri, motor terasa melayang (ban tidak menapak sempurna dijalan).

Apa dulu kena wabah USD bocor? ya, pernah. Beli Mei 2017, Februari 2018 bocor sebelah kiri. Saat itu mau nyuci sepeda motor. Karena sebelumnya tidak hujan jadi ya kondisi motor kering banget. Lihat area suspensi depan kok agak basah dan ada bekas kotoran bercampu cairan yang nempel. Wah kena juga nih. Langsung bawa ke Malang (tempat saya beli motor ini). Langsung nginep selama 1 bulan lebih 2 mingguan. Ya agak kecewa juga sih, tapi mau gimana lagi. Tapi saya cek di forum R15 yang sekarang ini sudah jarang yang mengeluh shock depan bocor. Entah kena tapi gak cerita, atau memang wabahnya sudah hilang.haha semoga saja memang Yamaha sudah memperbaiki kualitasnya.

Untuk komstir R15 VVA selama 2 tahun ini belum terasa ada kerusakan. Karena saya baca di Forum R15 VVA, sudah banyak yang ganti karena terasa berat saat belok dan terasa membuang saat berbelok. Kalau menurutku sih mungkin karena keseringan cuci steam. Hasil survey kecil-kecilan yang saya tanyakan ke forum, rata-rata yang bermasalah di komstir adalah mereka yang jarang sekali mencuci motor mereka sendiri. Ya cuci steam terus. Nah hubungannya apa dengan komstir? jadi gini, setelah saya cek penampakan area komstir motor sport (terutama R15 VVA), terlihat bahwa komstir motor sport itu tidak tertutup maximum seperti pada matic dan bebek. Jadi cuman ditutup sebuah karet tebal. Sebenarnya pabrikan mungkin berpikir sudah sangat cukup bila ditutup seperti itu, karena mereka pikir hujan atau guyuran air yang normal tidak akan masuk ke area bearing komstir. Tapi, kalau disiram air dengan tekanan tinggi beda cerita lagi. Lalu aku teringat tentang ilmu water resistant dari sebuah perlatan listrik (saya kerja di PLTU jadi paham sedikit soal Standard IP (International Protection)). Coba baca pada bagian ini:

bisa digunakan untuk perangkat listrik, mekanis, elektronik.dll


Kita lihat nilai 4,5,6. Untuk nilai 4 adalah peralatan anti air yang sifatnya percikan atau guyuran juga spray nozzle (water spray kayak semprotan burung). Sementara  5 dan 6 sudah mengaitkan dengan Water jet, yaitu semprotan bertekanan seperti cuci steam. Nah hubungannya dengan komstir tadi adalah, mungkin perlindungan komstir tadi hanya sebatas bernilai 4, yaitu perlindungan air dari cipratan, guyuran atau water spray. Jadi ketika kena air yang seperti pada nilai 5 atau 6 ya jelas akan masuk airnya ke bearing komstir sehingga komstir akan karat, atau gemuk dari komstir hilang.  Ya tahu sendiri kadang cuci steam kadang-kadang tekanannya ngasal aja, yang penting kotoran bersih tanpa peduli filosofinya ya gak peduli. Itu sih menurutku lho ya, karena penentu rusaknya komstir tidak cuman itu saja, bisa juga sering hajar lubang yang dalam juga bisa merusak komstir. Tapi selama ini sih melibas jalan yang gak mulus dan berlubang masih normal-normal saja komstirku, ya semoga memang awet.

Mungkin itu saja yang bisa saya review selama 2 tahun ini. Untuk spare part sih masih gak terlalu banyak yang diganti, paling busi, filter oli, filter udara (gara-gara dimakan tikus), kampas rem depan aja rencananya habis lebaran aku ganti, yang belakang masih tebal, soalnya sering pakai rem depan (dominannya, tapi rem belakang jg diinjak sedikit). Berikut tips-tips yang bisa saya kasih ke rider R15 VVA:

- Kalau mencuci steam pesan ke orangnya untuk tidak menyiram area speedometer, radiator dan komstir
- Mengisi oli sebaiknya jangan melebihi anjuran pabrikan, ya minimal 900ml. Karena cukup banyak kasus oli rembes dari area head mesin, dan ternyata mereka ngisi 1 liter (hasil survey).
- Untuk mengganti air radiator, saya sarankan belajar di youtube dulu. Banyak kasus setelah ganti air radiator (kuras dan ganti) mesin malah overheat. Biasanya setelah mengisi area Radiator (bukan tabung putih), mesin tidak dinyalakan dulu, sehingga ketika selesai ditutup dan dijalankan (pulang) air yang di radiator turun ke water jacket dan yang di radiator berkurang drastis, jadinya overheat.
- Ganti air radiator per 2 tahun (dibuku malah 3 tahun, kayaknya terlalu lama itu)
- Service injeksi tiap 10.000 KM kalau sering pakai Pertalite/Premium dan 15000 KM kalau Pertamax
- Seringlah melatih rem depan dan belakang bersamaan, karena seringnya terjadi kecelakaan akibat bertumpu pada rem belakang saja (ngelock karena panic braking rem belakang saja).
- Panaskan mesin secara wajar, sekitar 2-3 menit
- Jaga tekanan ban depan dan belakang sesuai anjuran pabrikan, karena bila tekanan ban berlebih (kelebihan 3 PSI gak masalah lah).dapat merusak ban (biasanya bikin ban "benjol") dan komstir (ban juga bisa menyerap getaran yang diterima ketika kena jalan lubang), sementara tekanan yang kurang bisa merusak velg. Bila perlu beli alat ukur tekanan ban.
- Baca buku petunjuk pengguna dan buku garansi agar paham dalam merawat sepeda motor.

Sekian tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat bagi kalian semua terima kasih mau membaca panjang lebar.hehehe


Sabtu, 01 Juni 2019

Saya Bukan Penggemar Asus

Ramadhan tiba... Ramadhan tiba......
Tiba-tiba ramadhan .... tiba Ramadhan....
(pakai Nada lagunya Opick-Ramadhan Tiba)


Pembukaan artikel langsung nyanyi? gak jelas banget.hahaha Ok tiba-tiba saya nulis judul di atas kira-kira kenapa ya? apa ada orang yang menganggap saya fanboy/penggemar Asus? gak juga sih, karena setelah saya renungkan kembali, ternyata 80% smartphone di keluarga saya Asus semua. Mau bukti? cek foto ini:

yo, dibeli-dibeli hapenya, beli 3 gratis 2




Oke, kita absen satu-satu dari bawah ke atas beserta Cerita dibalik pembeliannya.

ASUS FONEPAD 8
Tablet ini dibeli oleh kakak perempuanku untuk digunakan oleh ayah-ibuku. Kenapa beli tablet? agar tulisannya terlihat jelas dan lega dipandang. Dan kenapa Asus? kok gak samsung? alasannya ya harganya murah, saat itu kalau tidak salah dibeli dengan harga 2 jutaan ditahun 2015. Dan merupakan stok terakhir (maksudnya setelah itu udah tidak ada yang baru ditoko-toko retail). Secara performa sangat mumpuni. Intel Quadcore (bukan dualcore yang terkenal panas), RAM 2 GBm ROM 16 sudah sangat lancar untuk WA, Youtube, FB, Browsing resep, dll . Memang ayah-ibu gak pernah main game jadi ya gak pernah install game. Daya tahan baterai juga memuaskan. Awal-awal beli 2 hari baru charge. misal pagi masih 100 persen, maka besok jam 9-10an sudah 15%. Ya itu awal-awal beli karena penggunaannya gak banyak. Sekarang 2019 ya sehari sudah cukup. Pagi 100% malam jam 8 indikatornya sudah 15%. Soal kamera tergolong biasa banget, seingatku kameranya 5 atau 8 megapixel gitu, tanpa LED Flash. Hasilnya mungkin setara Zenfone C.

 Namin sayang, bulan Mei kemarin terjadi kerusakan di LCD. Awalnya tabletnya dicharge, kemudian mati lampu. Karena lupa atau memang tidak peduli kalau tablet keadaan tercolok charger, sehingga ketika listriknya nyala ya tidak memeriksa keadaan tablet. Merasa sudah penuh baterainya lalu ibuku coba cek tablet, eehh ternyata LCDnya bergaris dan warnanya jadi aneh. Memang masih bisa digunakan, cuman ya rasanya agak risih saja. Coba tanya service center Asus harga LCDnya, ternyata 1,7 juta. Kalau saja 600ribuan mungkin masih aku belikan part tersebut. Entah mau ganti ke produk apa.

ASUS ZENFONE 3 ZE520KL
Smartphone ini merupakan second driver milikku. Jadi ya penggunaannya cuman game Mobile Legend, Kamera, musik udah itu saja. Seringnya aku tinggal dikost. Karena untuk ke kantor selalu bawa Zenfone 2 laser. Awalnya tidak ada niatan untuk beli Zenfone 3. Karena sebelumnya pakai Zenfone 2 laser, dan ingin coba ke merk lain. Searching Xiaomi Redminote 4 saat 2017 sudah kisaran 1,8 GB yang 3/32GB. Coba cari sana sini, ternyata susah sekali. Dari official store Xiaomi Lazada, Erafone, sampe ke seller market place pun tidak ada yang ready. Muncul lah isu bahwa Zenfone 3 turun harga sampe 2 jutaan. Ya udah coba cari Zenfone 3 dapatnya 4/32 dengan harga 2,28 juta(belum ongkir, dan alamatnya ternyata 1 kota, ya udah kirim aja lewat JNE karena saat itu keadaan lagi di Pacitan). Kemudian 1-2 minggu berikutnya Redmi Note 4 sudah banyak yang nyetock. Ya elah  emang tidak ditakdirkan pakai merk lain.

ASUS ZENFONE 2 LASER ZE500KG
Ini adalah hape pertama yang aku beli setelah dapat pekerjaan tetap. Dengan harga 1,999 juta pada tahun 2015 Mei (kalau gak salah). Kenapa pilih ini kok tidak Xiaomi Redmi 2 yang speknya sama dan lebih murah dengan harga kisaran 1,6-1,7 juta? jawabannya sih simpel, karena tergiur laser AF nya. hehehe Tapi sayang ini masih 3G, dan dari awal memang sudah tahu kalau nanti keluar versi 4G. Sempat mikir nunggu versi 4G saja, tapi aku pikir lagi kayaknya harganya di atas 2,2-2,3 juta. Dan ternyata selisih 100ribu. Kan nyesel jadinya. Mana saat itu gencar-gencarnya paket murah 4G. Ya sudah lah disyukuri saja. Secara performa sih sangat mumpuni untuk kebutuhan kantorku, dari messenger WA, Line, Beetalk, BBM (saat itu), Wechat. Gak pernah kendala hang. Paling cuman pindah aplikasi dari satu ke yang lainnya agak loading lama, Ya wajar lah. Untuk baterai, karena baterai bawaannya cuman 2000mAh dan ternyata Zenfone 2 laser 2300mAh, langsung saya beli di Asus Service Center agar bisa dipakai seharian dikantor. Ternyata selisihnya 1 jam SOT. hahahaha Kondisi di 2019 sih masih OK, meski kaca kamera mulai baret, speaker mulai sember akibat seringnya jatuh. Ya pokoknya dipakai hingga benar-benar tidak bisa nyala. Karena pasti spare partnya sudah jarang dipasaran.

ASUS ZENFONE 2 LASER ZE500KL
Unit ini milik kakak iparku. Melihat aku pakai Zenfone 2 laser yang 3G dan kesengsem juga sama modelnya, ehh minta dicarikan unit yang sama tapi warna hitam. Langsung saja order ke Official Store Asus (saat itu sih Asus Indonesia punya Official Store sendiri tanpa gabung marketplace lain). Juga sampai sekarang masih normal-normal saja dengan kendala kaca kamera yang baret-baret. Maklum smartphone utama untuk kerja kakak ipar yang mobile jadi sales. 

ASUS ZENFONE 3 ZE520KL
Kalau tadi kakak iparku yang kesengsem dengan Zenfone 2 Laser, kali ini kakak kandungku sendiri yang kesengsem dengan Zenfone 3. Gara-gara lihat dan pegang langsung akhirnya dia tertarik juga (kebetulan juga mau cari smartphone pengganti milik kantor), Tapi dia pengen yang putih, maklum lebih girly. Dan menurutnya sangat puas dengan performa dan daya tahan baterai. 

ASUS ZENFONE LIVE 
Karena aku sudah 2 tahun kerja dan ingin memberi hadiah kepada ayah dihari ulang tahunnya, maka aku cari-cari calon produk yang akan dibeli. Sebenarnya kriterianya sangat simpel, chipset minimal SD410, RAM 2GB ROM 16GB dan jaringan service yang baik dan harganya dibawah 2 juta. Nyari Zenfone 2 Laser 4G kok gak nemu, kayaknya memang sudah discontinue (udah 2 tahunan coy). Adanya Zenfone Selfie tapi lihat chipsetnya SD650 terkenal boros baterai dan panas jadi ya dicoret dari list. Mau cari samsung kok rata-rata speknya dibawah SD410. Kalau Xiaomi takutnya ada apa-apa dan ayah bingung nyari service centernya. Ehh ternyata ada Zenfone Live dengan SD410 dan OS Marsmallow. Ya lebih dari cukup lah. Dan ternyata sudah 2 tahunan masih oke tanpa kendala.

Itulah beberapa cerita dibalik foto di atas. Sebenarnya kenapa aku sering pilih produk Asus? karena saat beli 2 produk Asus (Zenfone 2 Laser dan Fonepad 8) ternyata awet dan tanpa kendala, ya udah berikutnya cari brand Asus. Lagian Laptop Asus yang aku pakai kuliah juga udah 9 tahun, dan masih oke saja (cuman kendala keyboard yang mati beberapa key). Jadi makin percaya saja dengan kualitas produk Asus. Andai saat beli produk Asus dalam 1-2 tahun ada kerusakan yang cukup serius karena kualitas produk, baru aku berpikir 3x untuk beli produk Asus berikutnya. Selain itu jaringan service Asus juga sangat baik (baca REVIEW ini) jadi ya gak khawatir apabila ada problem.

Oke sekian tulisan kali ini, semoga bermanfaat


Sabtu, 20 April 2019

Filosofi Memanaskan Mesin

Long Time No See Blogspotku tercinta (cinta sih tapi malas untuk nulis.hahaha) Ok, pembaca sekalian kali ini saya akan membahas tentang permesinan otomotif lagi.Ya maklum untuk bahasan tentang Smartphone saya rasa belum ada materi yang bisa saya sajikan. Tapi, pasti bila ada yang menarik saya akan bahas diblog ini. Sesuai judul saya akan pembahas tentang "Memanaskan Mesin". Memanaskan mesin disini dalam artian bukan mesin dibakar pakai bensin biar membara yah.hahahaa. Dalam bahasan ini saya mencoba untuk memberi ilmu tentang makna atau filosofi dasar kenapa mesin kendaraan perlu melakukan pemanasan. Karena yang beredar dimasyarakat sih sebagian memang sudah benar, namun ada yang sesat juga. Seperti mesin modern (injeksi maksudnya), tidak perlu melakukan pemanasan, karena sudah injeksi. Adalagi bilang kalau memanaskan mesin harus lebih dari 5 menit, biar akinya ngisi sempurna. Apakah hal-hal yang demikian benar? mari saya jelaskan lebih lanjut.

Seperti kita tahu, mesin bakar membutuhkan proses yang namanya memanaskan mesin atau dalam bahasa Inggrisnya Warm Up. Proses memanaskan mesin disini dapat diartikan proses menjalankan mesin pada RPM yang telah disarankan pabrikan dalam waktu tertentu hingga kendaraan siap untuk dijalankan. Ya ini sih istilahku sendiri,haha Tapi saya yakin semuanya pasti setuju. Jadi parameter yang diperhatikan adalah RPM dan waktu. Jadi, memanaskan mesin gak asal dinyalakan tanpa memperhatikan RPM yang telah ditentukan pabrikan atau bahkan waktu yang seenaknya sendiri. Saya pernah tanya ke seorang dosen mesin yang sudah lama sekali mempelajari mesin bakar pada salah satu Universitas Negeri di Malang, kebetulan beliau ayah dari teman saya. Saya bertanya begini, "Pak, sebenarnya apa maksud dari mesin kendaraan harus dipanaskan? kan lebih efisien nyalakan mesin, tunggu 10 detik langsung dijalankan." Beliau menjawab begini :

"Saya jelaskan langsung ke filosofi dasarnya saja yah. Nanti kalau ada yang tidak paham langsung tanyakan. Jadi begini, Saat mesin itu dalam keadaan dingin (tidak digunakan dalam waktu lebih dari 4-6 jam) oli yang sebelumnya bersirkulasi didalam blok mesin pasti akan turun ke bak penampungan oli yang berada pada paling bawah. Pasti tahu kan fungsi dari oli atau pelumas itu yaitu melumasi komponen yang bergerak agar tidak terjadi gesekan atau bisa dikatakan meminimalkan gesekan. Bagaimana bila komponen yang bergesekan tidak ada pelumas? cepat aus, baret, bahkan berisik, juga akan panas karena gesekan.Nah, kembali ke oli, kan tadi posisi oli berada pada paling bawah. Bayangkan saja kalau mesin dingin, dinyalakan, kemudian langsung digunakan pada RPM 3000 ke atas, sementara oli belum merata melumasi ke bagian yang penting. Pasti bagian yang penting tersebut akan cepat aus, bisa saja baret. Bila terjadi perubahan bentuk dikarenakan aus atau baret, pasti kinerja mesin akan tidak sempurna. "

Mesin Keadaan dingin. Bagian Coklat adalah oli yang mengendap saat dingin.


Saya langsung tanya lagi, "Kan dalam memanaskan mesin, mesin sudah bekerja pada RPM tertentu pak, kan sama saja sudah memaksa mesin bekerja?"

Beliau menjawab, "Ya, anda benar. Tapi bekerjanya kan belum 100%. Maka dari itu kenapa mesin mempunya RPM Idle yang harus dipatuhi. Selain untuk menjaga mesin agar tidak mati (kan gak mungkin gas dilepas, mesin RPMnya 0) juga untuk syarat RPM untuk memanaskan mesin. Maksudnya ya memanaskan mesin cukup menjaga mesin agar bekerja pada RPM idle tadi. Memang mesin sudah bekerja pada RPM tertentu, tapi kan masih rendah. Ketimbang mesin langsung bermain di RPM 3000 ke atas dalam keadaan oli yang belum bersirkulasi menyeluruh, pasti gesekannya lebih besar ketimbang saat RPM idle tadi. Dan juga, ada parameter waktu yang harus dipenuhi. Biasanya sih kisaran 2-5 menit (kalau mobil kisaran 3-5 menit, tergantung settingan Idle Control Valve pada Throttle Body). Nah harapannya ketika waktu tersebut terpenuhi maka pelumas/oli sudah melumasi ke bagian yang penting tadi, sehingga mesin kendaraan siap untuk dijalankan. Ya itulah filosofinya."

Kondisi Mesin yang bersirkulasi. Warna Kuning sirkulasi oli oleh pompa oli.
Bagian penting yang perlu dilumasi, dan butuh pelumasan menyeluruh.


Saya bertanya lagoi, "Cara mengetahui kalau mesin sudah panas bagaimana pak?" Lalu beliau menjawab:

"Kalau pada mesin injeksi sih sangat mudah. Biasanya mesin pertama kali nyala pasti RPM idlenya agak tinggi. Ya kira-kira 100-200 RPM lebih tinggi dari settingan RPM Idle. Contoh kamu setting RPM Idle 1400, maka saat awal nyala akan jadi 1500-1600 RPM. Nah, ketika mesin sudah panas, maka Idle Control Valve otomatis mengatur sendiri ke settingan idle RPM. Selain itu pasti mesin terdengar lebih pelan suara idle/langsamnya. Itu tandanya mesin sudah panas dan siap dijalankan."

Dari penjelasan ayah dari teman saya, saya mendapat sebuah pencerahan yang berharga mengenai perawatan sebuah mesin. Karena memanasi mesin juga bagian dari perawatan, dimana kita tidak langsung menjalankan mesin dalam keadaan pelumas/oli belum bersirkulasi secara menyeluruh. Ya memang sih kita harus membuang bahan bakar secara sia-sia hanya untuk menyalakan mesin 2-5 menit, tapi efeknya membuat mesin jadi awet juga kan?  makanya sebaiknya memanaskan mesin itu tidak perlu lama-lama sampai 10 menit lebih. Bikin bbm keluar percuma juga mesin jadi sangat panas karena tidak ada sirkulasi udara segar untuk mendinginkan. Oh ya dalam pembahasan kali ini saya juga akan membahas mitos bahwa "Ketika memanasi mesin kurang lama, maka aki tidak dicharge? dalam artian, nyalakan, dicharge sebentar (selama 2-5 menit) langsung dijalankan dan aki tidak dicharge" berikut jawabannya:

Saya jawab menggunakan percobaan kecil-kecilan saja:

1. Nilai Tegangan saat sepeda motor belum dinyalakan (tanpa beban)

2. Nilai Teganan saat kunci kontak ON, namun mesin belum nyala (bebannya cuman speedometer nyala, juga ECU nyala, dan ketika kunci kontak ON Fuel Pump juga melakukan cek function. Gak drop parah sih, cuman sampe 12, 7 V)

3. Nilai tegangan saat mesin dinyalakan, berada pada RPM Idle (1400 RPM)

4. Nilai tegangan saat mesin dinyalakan pada RPM 3000-4000


5. Nilai teganan saat mesin dimatikan (kontak OFF)


Kesimpulannya:
- Aki tetap dicharge meski mesin keadaan idle bahkan saat dijalankan (di atas RPM Idle). Terlihat tegangan aki menyentuh angka 14 V. Dan angka ini tetap sama meski RPM 3000 ke atas. Dan angka tersebut masih dikatakan aman, sehingga asumsi kita peralatan listrik pada sepeda motor tegangan kerjanya 12-14 V. Jika pengisian aki lebih dari 14 V, maka peralatan lainnya bisa rusak. Tapi untungnya ada sekring yang melindunginya.

Terjawab kan mitos-mitos soal memanaskan kan mesin. Kedepannya kita bisa lebih mengenali kendaraan kita, agar kita bisa merawat kendaraan kita. Juga disarankan untuk baca buku petunjuk manual kendaraan agar tahu standard dari RPM idle kendaraan masing-masing.  

Senin, 04 Maret 2019

REVIEW (SINGKAT) CHAINLUBE REXCO 25

Lama tak jumpa untuk pembaca blog setia saya(emang ada gitu??). Kali ini saya akan mereview chain lube untuk sepeda motor (ya iyalah, mobil kan gak pakai rantai) bermerk Rexco 25. Kenapa judulnya review singkat? karena awalnya ingin memposting juga foto-foto rantai ketika sebelum penggunaan dan sesudah penggunaan. Bahkan daya tahan chain lubenya bagaimana ingin saya bahas detail dengan foto. Tapi, berhubung micro sd di Smartphone saya tiba-tiba rusak, dan foto-fotonya tidak bisa diselamatkan lagi. Ya sudah review apa adanya.hahaha Sebelumnya mohon maaf lho dalam review ini sangat singkat.hehehe

Oke, awalnya ketika ingin membeli chain lube, saya mencari-cari refrensi dulu. Dari merk yang sangat pasaran, murah, hingga mahal saya cari reviewnya di google. Kalau yang merk pasaran seperti MTR, Kit Chain lube sih bagi saya sendiri kurang worth it. Karena harapan saya menggunakan chain lube itu bikin rantai terlihat basah terus, melindungi dari karat, tidak mudah luntur kena air (kalau tiap haru hujan ya wajar luntur, tapi disini maksudnya gak sering-sering hujan), harga masuk akal, serta bikin rantai tidak cepat kendor (opsional sih, karena tergantung gaya berkendara juga). Jadi, untuk yang merk pasaran sudah pasti saya singkirkan. Sebelum beli Rexco 25 pun sebenarnya saya ngincer Yamalube chain lube dari Yamaha, cuman karena botolnya kecil dan tidak ada yang besar, serta harganya termasuk mahal untuk botol ukuran segitu, yah lewat dulu lah (padahal baca reviewnya oke, karena gak mudah luntur kena air). Ada juga lagi merk WD40. Tapi yang khusus divisi chain lube dengan ciri khas botol warna kuning. Ingat, ini beda dengan WD40 contact cleaner lho. Tapi lihat harganya kisaran 80ribu-100ribuan, wah lewat dulu lah. Memang saya yakin performanya pasti bagus (jarang banget yang review) karena merk WD40 sudah pasti niat dalam bikin produk. Akhirnya pilihan jatuh ke Rexco 25. 


Tutup Merah saya ganti karena pecah, dan itu botol Model Lama, Yang baru yang seperti Tutup biru.
Tetap dapat selang semprotnya kok, cuman yang biru nempel dibody samping


Ingat, REXCO 25, bukan REXCO yang lain. Karena Rexco dengan nomer yang beda, maka fungsinya juga beda. Sempat baca sekilas review dari Rexco 25 ini. Rata-rata memang positif, tapi bukan positif banget sampe dikatakan sempurna. Ya seperti harga masuk akal, serta tidak mudah luntur oleh air. Lalu apa saya percaya dengan review yang sudah bertebaran? awalnya sih saya pikir, "alah paling sedikit lebih oke dari MTR dan Kit Chainlube, cuman isinya aja ada yang banyak." awalnya begitu, tapi setelah 1 tahun saya coba ternyata hasilnya:

1 BOTOL= 1TAHUN

Yang bener? beneran. Kebetulan saya beli yang 350ML Bulan Agustus 2017. Saya kira habisnya 4-6 bulanan lah. Ehh gak tahunya 1 tahun baru habis. Dengan catatan interval penyemprotannya 2 minggu sekali, dan sesekali 1 minggu 1 x semprot ketika sering kena hujan. Kenapa saya semprot per 2 minggu? karena saya coba lihat 1 minggu setelah disemprot, rantai terlihat masih basah, dan bunyi rantai masih belum kasar (mulai tanda-tanda lah), baru ketika minggu berikutnya rantai bunyi kasar, tapi rantai masih terlihat basah. Ya harus disemprot lagi baru bunyi rantai hilang. Jadi kalau nyemprot chain lubenya kurang dari 2 minggu, misal 1 minggu 1x, ya 1 botol ukuran 350ML tidak bisa untuk 1 tahun, mungkin 6 bulanan habis.

Beli Pertama Bulan Agustus 2017

Beli Lagi Desember 2018 dan dapat bonus lagi

Beli 2, bonus 2, baik banget sellernya. Lumayanlah


BUNYI RANTAI SENYAP

So pasti fungsi chain lube salah satunya juga ini. Tapi sebenarnya tidak benar-benar hilang 100%. Masih adalah bunyi gesekan rantai dengan roda gigi. Khusus untuk Rantai Tiger ya kayaknya gak ngefek juga.hahaha mohon maaf kalau itu. 



RANTAI TERLIHAT BERSIH

Ini salah satu poin plus REXCO 25. Kandungan pelumasnya tidak terlalu pekat sekali, jadi ketika disemprot memang basah, tapi debu-debu gak begitu mudah nempel. Jadi ketika pemakaian 1 tahun rantai gak begitu penuh gumpalan debu yang lengket. Bukan berarti ketika disentuh tangan gak ada noda hitam yang nempel ditangan, tapi gumpalan debu yang nempel di rantai dan roda gigi gak begitu tebal, ingat GAK BEGITU TEBAL. Harusnya memang dijelaskan dengan foto, tapi apalah daya fotonya hilang, dan malas untuk foto lagi. Selain itu niat untuk menulis sudah terlanjur On Fire (jadi malah curhat deh). 



RANTAI TIDAK MUDAH KENDUR

Entah ini memang gaya berkendaraku yang saking alusnya atau memang bantuan dari REXCO 25, karena rantai YZF R15 VVA milik saya dari awal beli, sampai 12000KM (1 tahun) baru pengencangan rantai 1X. Itu saja mundurnya gak terlalu banyak. Tahu sendiri mesin SOHC LC4V Yamaha terkenal Torsi badak, bikin rantai cepet kendur karena selongsong gas bejek sedikit langsung rantai menghentak kuat. Ya pengalaman dengan MX 135 tahun 2006, awal-awal beli per 3-4 bulan pasti rantai cepet kendur. Apalagi di R15 yang power dan torsinya melimpah ruah, harusnya sih sama lah mudah kendur. Tapi ini malah terasa awet, Entah karena tangan saya atau memang REXCO 25. Ya anggap saja karena REXCO 25 lah yah.hehehehe



HARGA MASUK AKAL

Harga yang 350ML per botol kisaran 30ribuan (belum ongkir). Kapan lagi coba 30ribu untuk melindungi rantai selama 1 tahun? ya walaupun habisnya 6 bulan sekalipun kayaknya masih masuk akal lah harga segitu. Ya gak? apalagi performa pelumasannya bagus. Temen saya saja langsung ikut nitip beli.

Itulah review singkat sekali yang bisa saya jabarkan. Ya intinya produk REXCO 25 ini sangat worth it untuk perlindungan rantai sepeda motor anda. Kalau untuk masalah kekurangan sih, ya mungkin kalau dibandingkan WD40 Chain Lube REXCO25 ini lebih inferior (mungkin lho soalnya belum pernah coba WD40 Chain Lube). Jelas kalah lah, harganya selisih jauh. Kalau sempurna banget ya mustahil juga.hahaha Saran sih 1 minggu sekali di kasih chain lube. Setelah cuci motor. Saya saja 2 minggu 1x setelah cuci motor saya semprotkan REXCO 25 rantai gak mudah kendur. Apalagi 1 minggu 1x. Performa terjaga!!!  haha. Terima kasih atas kunjungannya