Melanjutkan artikel sebelumnya, tentang Chipset intel. Pada kesempatan ini saya akan mencoba memberikan pandangan tentang alasan pemilihan chipset Intel Clovertrail pada smartphone Asus(juga Lenovo). Memang saya sendiri tidak bekerja di Perusahaan Asus sehingga pandangan ini tidak 100% mewakili pemikiran Asus(ya mungkin 70-80% lah.hahha).
Oke sebelum itu saya ingin menjelaskan sedikit tentang brand Asus(siapa tahu ada yang belum atau baru kenal Asus. Karena nantinya akan berdampak pada cara berpikir untuk membuat smartphone. Brand Asus sejak awal berdiri fokus pada pembuatan komponen PC(dan nantinya laptop juga). Produk yang terkenal dari Asus adalah motherboard, optical drive(CDROM,DVDROM dll), serta membuat produk VGA(lisensi NVidia). Nah, sejak lama Asus merupakan brand komponen PC, maka ketika smartphone OS Android mulai booming, brand Asus juga merasa tergerak hatinya(lebay cuyy.haha) untuk membuat produk smartphone dengan OS Android. Dan sebenarnya sebelum Asus Zenfone 4-6 meluncur, Asus sudah bikin produk yang cukup kreatif lewat produknya Padfone dan Padfone 2(bertahap sih). Tapi menggunakan chipset Qualcomm. Konsumen kurang begitu tertarik, karena harganya begitu mahal(spesifikasi cukup tinggi, terdapat fitur paddock tablet), belum lagi iklannya tidak terlalu gencar.
Asus Padfone 2 |
Memulai debut sudah, memulai dengan spesifikasi tinggi juga sudah. Responnya?? negatif. Ya sudah pakai plan B(rencana ke 2) menyasar pada segmen low dan mid end. Pada segmen ini Asus (sepertinya) melihat bahwa spesifikasi chipset yang diusung masih kurang greget. Saat itu bertepatan dengan chipset Intel codename Clover trail. Mungkin Asus langsung kesengsem dengan apa yang dimiliki Chipset Intel ini. Apa saja yang dimiliki chipset Ini?
- Chipset Dualcore
- Dengan fitur Hyperthreading(1core 2 thread, normalnya 1core 1 thread). Otomatis performa chipsetnya cukup mumpuni dibanding chipset dualcore yang beredar(bahkan mungkin hampir sama dengan Dualcore Krait)
- Clockspeed yang ditawarkan juga beragam.
- Harganya murah(kok bisa tau? kita bahas setelah ini)
- Menggunakan GPU PowerVR(yang dikenal cukup baik dalam hal gaming)
- Chipset Dualcore
- Dengan fitur Hyperthreading(1core 2 thread, normalnya 1core 1 thread). Otomatis performa chipsetnya cukup mumpuni dibanding chipset dualcore yang beredar(bahkan mungkin hampir sama dengan Dualcore Krait)
- Clockspeed yang ditawarkan juga beragam.
- Harganya murah(kok bisa tau? kita bahas setelah ini)
- Menggunakan GPU PowerVR(yang dikenal cukup baik dalam hal gaming)
Setiap pilihan pasti ada baik dan buruknya. Sisi baiknya ya tadi saya jelaskan di atas. Lalu apakah Asus tidak tahu soal sisi buruknya?? saya rasa mustahil Asus tidak tahu soal ini. Berikut sisi buruknya:
- Chipset Intel Dualcore menggunakan teknologi fabrikasi yang jadul(inilah kenapa chipset Intel Dualcore murah)
- Dari fabrikasi jadul, chipset intel dualcore mudah panas (tidak langsung cepat panas sih, hanya saja bila untuk keperluan agak berat pasti langsung terasa panasnya)
- Dari fabrikasi juga, maka chipset intel ini lebih boros daya
- Menggunakan arsitektur x86, sehingga developer aplikasi perlu kerja extra untuk membuat aplikasi(karena aplikasi android untuk arsitektur ARM berbeda dengan x86)
- Dari arsitektur tadi juga mengakibatkan aplikasi belum terlalu banyak yang support(tapi perlahan mulai banyak yang support)
- Chipset Intel Dualcore menggunakan teknologi fabrikasi yang jadul(inilah kenapa chipset Intel Dualcore murah)
- Dari fabrikasi jadul, chipset intel dualcore mudah panas (tidak langsung cepat panas sih, hanya saja bila untuk keperluan agak berat pasti langsung terasa panasnya)
- Dari fabrikasi juga, maka chipset intel ini lebih boros daya
- Menggunakan arsitektur x86, sehingga developer aplikasi perlu kerja extra untuk membuat aplikasi(karena aplikasi android untuk arsitektur ARM berbeda dengan x86)
- Dari arsitektur tadi juga mengakibatkan aplikasi belum terlalu banyak yang support(tapi perlahan mulai banyak yang support)
Hyperthread |
Sisi buruk di atas memang hanya konsumen tertentu saja yang mungkin paham(sudah ahli dalam IT), sehingga membuat Asus dengan pedenya menjual smartphone dengan chipset Intel. Lalu kenapa Asus tetap menggunakannya?? karena tadi, kelebihan dari chipset Intel Clovertrail dirasa sangat dominan ketimbang kekurangannya. Dan Asus sepertinya lebih merancang Zenfone 4-6 untuk digunakan keperluan medsos dan browsing. Ya untuk kebutuhan orang pada umumnya lah.Terlihat dari upgrade Zenfone 5 yang lebih penting kapasitas RAM besar( dari 1 GB menjadi 2GB) namun juga menggunakan chipset denga clockspeed lebih rendah. Dan Zenfone 4 yan upgrade disektor kapasitas baterai(bahkan seri pertama dapat 2 baterai). Lalu kenapa Asus tidak membuka kekurangan chipset Intel Dualcore tadi??ya mana ada pedagang yang mau cerita sisi buruk dari produknya. Kalaupun memang ada sisi buruknya yang benar-benar terbongkar, cuman bisa meredam dengan klaim garansi atau mungkin program tukar tambah(meski jarang terjadi). Jadi konsumen hanya bisa menebak sisi buruknya dari spesifikasi yang disodorkan saja.
Niat saya menulis hal ini ingin menyampaikan informasi "tersembunyi" dibalik alasan Asus menggunakan chipset Intel. Memang terkesan agak kejam saat membahas sisi buruknya, tapi pada pembahasan sisi baiknya membuat kita sebagai konsumen bisa memakluminya(semoga demikian). Dan image Zenfone 4-6 dimasyarakat juga beragam, ada yang bilang mudah panas, boros baterai, namun ada yang bilang performanya bagus(untuk sekelasnya), jarang terjadi lag, masih banyak lah kesan-kesan dari Zenfone 4-6. Saya pribadi tidak bisa menggiring opini publik untuk membenci Zenfone 4-6 atau malah memilih produk tersebut. Biar konsumen sendiri yang merasakannya.
Debut yang Manis oleh Asus |
oke sekian tulisan saya pada kesempatan ini. Sekali lagi tulisan di atas jangan dianggap 100% benar, karena memang saya bukan bekerja di Asus. Ya setidaknya tulisan di atas bila dikaitkan dengan fakta-fakta yang ada bisa masuk akal lah
benar juga ya
BalasHapuswkwkwk