Rabu, 08 November 2017

Inreyen? Wajib kah?

Yoooo, hadir lagi di blog yang sepi senyap ini.hahaha Ok, kali ini saya akan nulis lagi sebuah tema tentang otomotif tepatnya seputar roda 2. Maklum untuk tema smartphone saya lagi kehabisan ide, jadi ya cari tema lain yang bisa berguna untuk pembaca. Ini pun saya kerjakan selama 3 hari. hahaha(waktunya jarang untuk nulis)

Sesuai judul utama, inreyen. Beberapa orang mungkin kurang familiar dengan istilah ini. Karena lebih familiar istilah reyen. Inreyen istilah dari Belanda yang aslinya bertulis inrijden. Sebenarnya ada sih istilah Bahasa Inggrisnya yaitu Break In. Apa itu inreyen? inreyen adalah proses "membiasakan" mesin setelah mesin diproduksi atau mengalami overhoul dibagian piston dan silinder. Membiasakan disini dalam arti mesin dijalankan pada kondisi tertentu seperti mesin beroperasi pada RPM (putaran mesin) tertentu dan bukaan gas(throttle) tertentu. Kenapa saya pakai bahasa "tertentu"? karena mesin sepeda motor dan mobil beda penentuan batas RPM dan bukaan gasnya.
Detik-detik 1000KM pertama
Akhirnya tercapai juga

Tujuan inreyen sendiri agar mesin (diharapkan) bisa awet untuk beberapa tahun kedepan. Kenapa bisa demikian?? saya sendiri kurang tahu. hahaha Katanya sih begini, ketika mesin baru diproduksi dari pabrik, komponen di dalam mesin belum begitu presisi 100%. Agar komponen bisa presisi 100% maka harus dijalankan, namun dijalankan harus secara normal. Tidak pelan juga tidak kencang. Nah, karena komponen mesin terdiri dari besi yang bila bergesekan bisa saja menghasilkan serpihan besi, maka ketika tercampur oli serpihan besi tadi bersirkulasi kebanyak tempat. Harapannya kan serpihan besi tadi tidak mengganggu kinerja mesin(entah nyangkut di ring piston, atau nyangkut di bagian noken as,dll) maka putaran mesin di anjurkan pada level normal. Sehingga komponen tadi awet dan tidak cacat setelah masa inreyen tadi. Ya saya sih cuman katanya saja.haha

Oke basa basi tentang inreyen sudah selesai, sekarang saatnya bahas contoh inreyen yang benar. Kali ini saya ambil contoh dari sepeda motor Yamaha R15(punyanya motor ini ya saya bahasnya ini). Mari kita simak proses inreyennya:


Tertuang pada Kitab Petunjuk Pemilik setiap Sepeda Motor
- Jangan memberi beban berat pada periode hingga 1600KM pertama. (Cek kemampuan maximum dari sepeda motor untuk membawa beban pada buku petunjuk pemilik, atau lebih amannya jangan berboncengan (kalau bisa))
- Hindari tarikan gas secara PENUH karena mengakibatkan mesin mengalami panas berlebih.
- Periode 0-1000KM: Hindari pengoperasian berkepanjangan diatas 5000RPM
- Bila sudah mencapai 1000KM, ganti oli mesin dan filter oli (pembersihan gram besi dalam mesin)
- Periode 1000-1600KM: Hindari pengoperasian berkepanjgan diatas 7500RPM
- Periode 1600 lebih: Sepeda motor dapat beroperasi normal.
- Jaga Putaran msin jangan keluar dari zona RPM Tinggi (Maksudnya saat inreyen, jangan sampai dioperasikan pada RPM lebih 10.000)

Contoh inreyen sudah disajikan, intinya mesin tidak dioperasikan pada RPM yang telah ditentukan. Sekarang muncul pertanyaan, karena sekarang produksi mesin makin modern, kan seharusnya komponen diciptakan secara presisi, apakah proses inreyen masih tetap dilakukan?

Hmmmm memang masuk akal sih, seharusnya memang tidak perlu inreyen lagi. Toh sudah bersih dari serpihan besi atau komponen sudah benar-benar presisi. Cuman saya ingin share pengalaman inreyen(pernah baca di blog Indobikermags.com, tapi artikelnya sudah tidak ada, mungkin sudah rusak akibat pindah hosting) dari moge Superbike Ducati 1098(seingatku) yang digunakan oleh Matteo Guerinoni. Saat itu yang bantu inreyen adalah bro Satar (mbah dukun, author Indobikermags.com). Superbike tadi keperluannya untuk balap kejuaraan lokal Indonesia. Secara logika sih seharusnya moge yang diciptakan dengan teknologi sangat tinggi, sudah tidak perlu Inreyen kan? tapi mereka tetap melakukannya meski nantinya mesin superbike digunakan untuk balapan. Ya saya sih tidak bilang wajib untuk inreyen, tapi bila inreyen memang membawa kebaikan untuk mesin kenapa harus dilewatin?

Ahh, mesin kalau tidak digeber performanya akan loyo, jadi tidak perlu inreyen.

Ya silahkan saja berpikir demikian. Karena memaximalkan performa mesin akan berbanding terbalik dengan ketahanan mesin itu sendiri. Sifat besi ketika dipanaskan akan memuai, namun ketika mesin dingin akan menyusut kembali seperti semula. Namun, ada batas kemampuan memuai dan menyusutnya besi. Sehingga ketika komponen tidak menyusut ke ukuran semulanya, disitulah saat ketahanan mesin mulai turun.

Mesin sepeda motor balap motogp saja tanpa inreyen, jadi gak masalahkan?

Nah itu saya kurang mengerti, bisa saja sih di pabriknya mesin tersebut sudah melakukan inreyen (sekalian ngetest komponennya normal atau gak) dan tidak dipublikasikan. Ya memang jaraknya gak sampai 1000KM juga, paling ya 100KM atau bahkan kurang. Mungkin saja lho.hahahha Toh sama-sama tidak tahu.

Lalu, apa manfaatnya inreyen?

Yang pertama, mesin menjadi awet. Memang awetnya tidak menjadi 2x lipat dari yang tidak melakukan inreyen, tapi setidaknya 1000KM lebih awet lah.haha. Kedua, Konsumsi BBM menjadi irit. Karena mesin dijalankan pada RPM yang normal, maka efisiensi bahan bakar mudah dicapai. Sehingga ketika merasa boros ada acuannya. Ketiga, kita mampu menilai performa mesin. Kan Mesin tadi dijalankan sekitar 50% dari total kemampuan RPM Mesin (R15 dibatasin pada 11.500RPM), dan kita merasakan performanya bagaimana dan konsumsi bbmnya berapa.Sementara ketika lewat periode RPM, kita bisa membandingkan performanya. 

Itulah informasi yang saya ketahui tentang inreyen. Yang pasti inreyen sudah pasti membawa manfaat, jadi alangkah baiknya kita lakukan pada kendaraan baru. Kalau gak ya gak masalah sih, gak ada yang ngelarang.

1 komentar: